Penulis muda yang satu ini lumayan sering memberikan tips-tips menulis di lini masa Twitter-nya. Kali ini Bernard Batubara membahas #karakter dalam fiksi. Spoila merangkumnya buat kamu. Oke, silakan disimak dan semoga bermanfaat.
saya punya waktu tiga puluh menit buat ngobrolin sesuatu tentang #menulis, nih. pengin topik apa?
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
#editing sudah pernah. #plot / #sinopsis sudah pernah. #deadline juga sudah. hayo, apa lagi? (topik #menulis)
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
hmm. belum pernah ya ini? *ingat-ingat dulu* “@ridoarbain: @benzbara_ gimana kalo #karakter?”
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
oke. tentang #karakter ya.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
satu hal pertama yang harus diingat saat menciptakan #karakter adalah: karakter memiliki goal. tujuan hidup. sebuah misi.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
'goal' ini adalah yang membuat #karakter bergerak seiring jalan cerita yang juga bergerak, dan plot yang terus maju.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
jenis 'goal' seorang #karakter bisa bermacam-macam. kecil maupun besar. sepele maupun penting. namun ingat, bagi karakter, goal dia penting.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
tentukan sejak awal, apa 'goal' dari #karakter dalam ceritamu? bisa kita mulai dari karakter utama. apa tujuan hidup dia?
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
contoh cerita roman. apa 'goal' #karakter utama kamu? jadian sama orang pujaannya? mendapatkan soulmate? memperbaiki hubungan? dst.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
'goal' ini penting. karena kalau #karakter utamamu tidak memiliki goal, dia akan kebingungan sendiri berdiri di dalam cerita, mau ngapain.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
salah satu landasan dalam menciptakan (atau terciptanya) 'goal' seorang #karakter adalah: masa lalu. sekarang kita masuk ke lapisan lain.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
'goal' adalah tujuan hidup. keinginan. sesuatu yang ingin diraih. 'masa lalu' adalah apa yang menyebabkan #karakter bertindak begini/begitu.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
#karakter milikmu belum utuh kalau ia tak punya masa lalu. tentu saja. bagaimana dia bisa punya tujuan hidup, visi, jika tak punya sejarah?
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
bangun masa lalu #karakter. kalau saat ini usianya 20 tahun, bagaimana masa lalunya? bagaimana kehidupan masa sekolahnya? masa kecilnya?
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
tentu saja, seperti semua elemen lain dalam cerita, masa lalu #karakter pun harus memiiki kaitan dengan ide utama cerita.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
misal, ide utama cerita: tentang #karakter cowok yg suka main cewek. goal: pengin setia cuma satu cewek. masa lalu: dulu pernah disakiti.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
kita sudah bicara tentang masa depan (goal, visi, tujuan hidup) dan masa lalu #karakter. kini, kita membangun masa sekarang si karakter.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
saya sering berkata, bahwa #karakter yang menarik ibarat sekuntum mawar merah di tengah-tengah kebun mawar putih. kebayang apa maksudnya?
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
#karakter yang menarik ibarat sekuntum mawar merah di tengah-tengah kebun mawar putih. coba, apa arti kalimat saya ini kira-kira?
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
yak. tepat. “@Bungadeal: @benzbara_ maksudnya mencolok karna berbeda dibanding yang lainnya”
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
#karakter yg menarik ibarat sekuntum mawar merah di tengah-tengah mawar putih. artinya: dia berbeda. dia sendiri. dia adalah anomali.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
sosok #karakter yang anomali, berbeda dari lingkungannya, akan menciptakan sosok yang 'melawan', 'memberontak', dan 'tidak bersepakat'.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
saya kasih contoh #karakter yang 'anomali'. misal: cerita genre roman dewasa. tokoh utama: cowok. goal: hidup lajang sampai mati.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
#karakter yg pengin hidup lajang sampai mati ini, dia hidup di lingkungan yang justru kebanyakan menikah muda. nah, bencana kan?
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
si cowok yg pengin lajang sampai mati ini hidup di dalam keluarga yg percaya bahwa tujuan hidup manusia adalah menikah dan punya anak.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
kakak si cowok, adik si cowok, saudara sepupu, semuanya menikah, bahkan menikah muda. si cowok nggak percaya dengan pernikahan. #karakter
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
dari contoh pertentangan #karakter dengan lingkungan seperti itu, sudah bisa dibayangkan konflik macam apa yang akan terjadi.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
contoh lain, nonton film 'the giver'? perhatikan watak #karakter utamanya. dia ingin keluar batas wilayah. dia nggak mau nurut. dia anomali.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
#karakter yang menarik adalah karakter yang memiliki: rahasia.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
'rahasia' adalah salah satu elemen yg bisa membuat #karakter di ceritamu jadi tokoh yang sangat menarik. makin besar rahasianya, makin oke.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
bayangkan seorang #karakter utama pengusaha. kaya raya, sukses, keluarga bahagia. tampak baik-baik saja? namun, ternyata, dia punya rahasia.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
rahasia yang disimpan oleh #karakter adalah sesuatu yang dapat menghancurkan seluruh hidupnya, jika rahasia itu terkuak.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
dengan memberikan 'rahasia' ini ke dalam hidup #karakter, kamu sudah membuat pembaca merasakan ketegangan, menerka-nerka, kapan ia keluar.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
ini sudah klise. tapi saya akan katakan lagi. #karakter yang baik adalah, bukan hanya sebuah tokoh fiktif, melainkan manusia.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
saat kamu menciptakan sebuah #karakter, jangan hanya membayangkan ia sebagai sebuah tokoh fiktif, bayangkan ia sebagai manusia.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
karena ia manusia, maka #karakter juga memiliki sifat-sifat manusia: di dalam dirinya, ia memiliki kebaikan dan keburukan, sekaligus.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
saat kamu menciptakan #karakter protagonis, antagonis, bahkan pendukung, simpan dalam kepala: mereka manusia. punya sifat baik + buruk.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
bayangkan tokoh cewek. cantik, lemah lembut, supel, baik hati, ramah, dermawan. tampak oke-oke saja? gimana kalau ternyata dia, psikopat.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
bayangkan tokoh cowok. awur2an, kucel, baju gak karuan, bau, suka ngutil di toserba, penjambret. buruk? gimana kalau ternyata dia dermawan.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
tidak ada manusia yang hanya hitam ataupun hanya putih. setiap orang adalah campuran keduanya. begitu pula #karakter dalam ceritamu.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
contoh bagus untuk hal ini adalah: #karakter don vito corleone di 'the godfather'. dilihat dari sudut mana pun, dia mafia, dia penjahat.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
tapi apakah vito corleone seburuk itu? di balik kejahatannya, ternyata dia family man. laki-laki yg sangat mencintai keluarganya. #karakter
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
#karakter yang menarik adalah karakter yang memiliki banyak lapisan dalam dirinya. ibarat bawang: kamu kupas luarnya, ada lapisan lagi, dst.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
saat kamu mengira sudah mengenal #karakter tsb, ternyata ia mengagetkanmu dengan sifat yg belum pernah kamu lihat, tidak pernah kamu sangka.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
ada apa saja dari tadi yang sudah kita bahas tentang #karakter? — goal, masa lalu, masa kini, sifat anomali/melawan, warna abu-abu.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
selain membuat #karakter yg kuat, tentu kita mau menciptakan karakter yg 'unik'. bagaimana cara membangun keunikan? mudah: beri dia ritual.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
'unik' tidak mesti sesuatu yang 'bagus'/'indah' seperti #karakter cewek yang suka bikin kerajinan tangan. nggak mesti begitu.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
#karakter utama di film 'the equalizer' (danzel washington) punya kebiasaan menyusun sendok, garpu, dan gelas dalam urutan tertentu. unik.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
dari 'kebiasaannya', danzel washington di the equalizer a) seorang yg (mungkin) mengidap OCD. kelainan ini pun bisa jadi keunikan #karakter.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
menciptakan 'keunikan' tokoh bisa dengan bermacam cara. selain memberinya 'ritual', bisa juga 'bermain' dengan fisik si #karakter.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
'bermain' dengan fisik #karakter untuk menciptakan keunikan berarti membuatnya berbeda dengan tokoh-tokoh lain di dalam cerita.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
apa keunikan tokoh utama harry potter yg terkait penampilan fisik? saya bantu jawab: bekas luka. scar. ini kecil, tapi membekas. #karakter
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
hal penting yg juga mesti diingat saat bikin #karakter adalah, karena ia manusia, maka ia memiliki: relasi. hubungan dengan manusia lain.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
kecuali ia manusia artifisial/robot/benda sibernetik menyerupai manusia, #karakter dalam ceritamu pasti punya keluarga. minimum: ayah & ibu.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
jadi, kalau kamu memutuskan untuk tidak memunculkan tokoh ayah & ibu bagi #karakter milikmu, maka kamu harus memberikan alasan.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
ayah & ibu adalah relasi antarmanusia minimum yang mesti dimiliki #karakter. jika ia bersosial, maka pasti ia punya: teman, atau musuh.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
jika #karakter di ceritamu manusia urban, relasi antarmanusianya bisa lebih luas dan berlapis. (luar ke dalam) kolega, sahabat, keluarga.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
terakhir. selalu ingat satu hal dasar dan sederhana ini: #karakter adalah manusia. meski ia berbeda, unik, ia adalah manusia seperti kita.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
#karakter ciptaanmu mungkin pemberontak, punya keunikan yg membuatnya berbeda dengan lingkungannya, namun ia tetap adalah 'kita'.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
#karakter yang baik mewakili konflik-konflik yang kita (sebagai penulis maupun pembaca) rasakan sebagai manusia. muncul poin: 'relatable'.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
meski #karakter di ceritamu adalah hewan, makhluk astral, tumbuhan, atau benda mati, masalah yang ia hadapi mesti 'relatable' dengan kita.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
selamanya cerita adalah tentang manusia. cerita animasi pesawat yang hidup, kera-kera yang bicara, sebetulnya memiliki masalah2 manusia.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
#karakter dalam ceritamu adalah perwakilan dari manusia-manusia yang akan membaca ceritamu. ia berbeda sekaligus sama. unik, juga relatable.
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015
baik. sekian ocehan saya tentang #karakter. maaf, saya ingkar, karena tadi janji cuma 30 menit. semoga bermanfaat!
— bernard batubara (@benzbara_) January 15, 2015